 |
Poto : Fauzan Khalid
|
Fauzan Khalid Orang Biasa Yang Jadi Bupati.Tak
pernah ada dalam bayangan Fauzan Khalid kecil untuk menjadi orang besar
atau Bupati seperti saat ini. Fauzan Khalid kecil bercita cita menjadi
Dosen. Hal tersebut diceritakan oleh Bupati Lombok Barat H. Fauzan
Khalid saat ditemui di ruang kerjanya, 1 Desember 2022.
Bupati
Lombok Barat H. Fauzan Khalid adalah santri yang memiliki cita cita
sebagai dosen. Namun siapa sangka jalan hidupnya membawanya menjadi
orang nomor satu di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Fauzan
Khalid yang saat ini berusia 51 tahun, mengaku tak akan pernah
melupakan perjuangan orang tua yang susah payah membiayai pendidikannya
dari pondok pesantren hingga mendapatkan gelar sarjana dan magister
(S2).
Fauzan mengisahkan bahwa dirinya berasal dari keluarga
biasa saja yang juga terbiasa sengsara. Ia mengatakan bahwa untuk
menyekolahkan dirinya, orang tuanya harus jatuh bangun hingga menjual
tanah untuk biaya sekolah dan sisanya digunakan untuk membeli tanah di
dalam (kampung).
"Dulu saya ingat bapak saya jual tanah kurang 1
hektare. Saya lahir dari kondisi biasa dimana Kondisi orang tua sudah
biasa sengsara sejak saya menuntut ilmu di pondok pesantren," cerita
Fauzan
Bupati dua periode yang merupakan santri ini lahir
dari keluarga biasa di Desa Sandik, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten
Lombok Barat, NTB. Pria kelahiran 21 Mei 1971 ini, merupakan lulusan MTS
di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Pancor, Lombok Timur.
Fauzan
bercerita banyak lika liku yang dilalui selama menjadi santri di
pancor. Saat menjadi santeri di Ponpes Pancor tahun 1983, Fauzan dengan
rekan-rekannya pada membuat bedek (pondok dari pagar) pada halaman
rumah warga. Bedek dibuat sebagai tempat tinggal dan kamar tidur selama
tiga tahun menuntut ilmu Pancor. Kisah yang sangat menyentuh dimana
Fauzan Kecil harus membuat bedek untuk tempat tidur saat mondok di
Pancor. Ia tidur bersama rekan rekannya.
"Saya dulu satu kamar
sama H Zuhad (52) yang sekarang jadi sopir saya. Kami ingat saat itu
kami dulu berdua satu dipan. Disana semua santri berkumpul untuk
tidur"ujarnya.
Setelah tiga tahun menempuh pendidikan di pondok,
ia tamat dari Ponpes Pancor pada tahun 1987. Fauzan kemudian melanjutkan
mondok tiga tahun di Ponpes Islahuddiny Kediri tahun 1988. Selama
mondok enam tahun, Fauzan tidak pernah bercita sebagai Bupati namun
sebagai santri ia memiliki cita cita sebagai dosen. Karena dosen dalam
pemikirannya memiliki ilmu yang sangat tinggi. Hal ini karena guru atau
ustadz yang mengajarkannya yang ia anggap pinter tentu diajarkan oleh
dosen. Karenanya ia bercita cita sebagai dosen.
Fauzan saat
nyantri bertemu dengan orang yang ada di lingkungan birokrasinya. Ia
mengatakan bahwa Sekda Lombok Barat sebelumnya yaitu Dr. H. Baehaqi
adalah guru matematikanya saat dipondok dahulu. Begitu juga dengan H.
Najib Kadis Perhubungan saat ini merupakan gurunya saat di pondok
dahulu. Ia tidak pernah terbayang untuk bertemu dengan gurunya dalam
posisinya sebagai Bupati Seperti saat ini. "Saya tidak pernah terbayang
menjadi Bupati" ujarnya.
Fauzan Khalid kecilpun juga sering
mengaji. Hal ini karena mengaji merupakan tradisi orang lombok dimana
semua anak anak di kampung halamannya diwajibkan untuk mengaji. Ia pun
ikut mengaji. Yang paling berkesan didalam benak Fauzan adalah sikap
istiqomah orang tua nya dalam mengajarkan ia mengaji. Menurutnya hal ini
menjadi kenangan indahnya bagimana orangtuanya mengajarkan ia mengaji
secara langsung di rumah.
"Bapak saya itu luar biasa istiqomah
dan tidak pernah berkata lelah untuk anak anaknya. Bapak saya kalau
malam hari mengajarkan kami mengaji dan siang jualan di kios. Saya
sering ikut bantu orang tua bungkus gula (ngetes gule). Saat ada ngetes
gule orang-orang libur ngaji dan saya bantu bapak bungkus gula."
Ujarnya.
Ia mengungkapkan, ajaran masyarakat Lombok yang
religius dan selalu mengutamakan agama akhirnya mendorong Fauzan
bercita-cita menjadi seorang dosen. Menurutnya menjadi dosen itu luar
biasa karena Guru yang selama ini mengajarkannya memiliki ilmu dan
pintar karena diajarkan oleh Dosen. Menurutnya dosen luar biasa sehingga
ia bercita cita menjadi dosen. "Waktu masih SD dulu saya punya cita
cita ingin jadi dosen. Kenapa jadi dosen? Dulu ada ada guru di SD saya
dulu sedang kuliah dan dia pintar. Yang paling pintar di kita itu adalah
guru kita. Guru kita ini siapa yang buat dia jadi pintar, jawabannya
adalah yaitu dosen. Makanya pingin jadi dosen," kata Fauzan.
Ia
mengisahkan saat saat mondok di pancor dulu. Menurutnya Tuan Guru Bajang
(TGB) adalah adik kelasnya dahulu. "Tuan Guru Bajang Zainul Majdi
(mantan Gubernur NTB) adik kelas saya dulu. Tapi dia di Pondok Mualimin
Pancor. Lanjut nya lagi, selama tiga tahun mondok di Pancor, saya tekun
belajar bahasa arab sehingga memiliki banyak kosa kata bahasa arab,"
kata Fauzan.
Selama mondok di pancor juga, menurut teman-temannya
Fauzan dikenal sebagai anak yang rajin, kemana selalu pakai peci dan
bawa kitab
Kenangan itu sangat membekas di benak Bupati Lombok
Barat Setelah lulus Tsanawiyah, Fauzan melanjutkan pendidikan Madrasah
Aliyah (MA) setingkat SMA di Pondok Pesantren Islahuddiny Kediri, Lombok
Barat.
Setelah menyelesaikan pendidikan MTs dan MA, Fauzan
melanjutkan pendidikan S1 Sastra Arab di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
sekarang (UIN Sunan Kalijaga). Setelah berhasil menamatkan pendidikan
S1, ia melanjutkan pendidikan S2 Politik di Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Dari semua kisah yang sempat dilewati, menurut
Fauzan, itu merupakan Tahaddus Binikmah (kesyukuran atas nikmat) yang
diberikan Tuhan kepada kedua orang tuanya, sehingga ia mampu
menyelesaikan pendidikan. Ibunya buta huruf hingga sekarang, namun
semangat menyekolahkan kelima anaknya tidak pernah padam.
"Semua
saudara berpendidikan. Yang paling besar dimanja, sampai kuliah di Bali
dulu. Saya nomor dua, adik-adik saya lulus kuliah semua," pungkasnya.
Pada
tahun 2021 Fauzan Khalid berlabuh ke Partai Nasdem. Masa jabatan Fauzan
Khalid dan pasangannya Hj Sumiatun dari Partai Golkar akan berakhir
tepat tanggal 23 April 2024. Keinginan Fauzan untuk maju sebagai anggota
DPR RI sepertinya sudah bulat karena balihonya telah bertebaran dimana
mana. Namun demikian ia mengaku ingin terus melanjutkan mengajar sebagai
dosen di Mataram untuk menyalurkan ilmu yang ia miliki.
"Saya
ingin fokus ngajar. Karena dulu sempat mengajar selama jadi Ketua KPU
NTB 2008-2013 di Universitas Muhammadiyah Mataram jurusan Politik kan.
Kenapa fokus mengajar? Dengan mengajar kita akan tetap belajar,"
ujarnya.
Fauzan Khalid pun dikenal sebagai bupati yang biasa
saja (Jamak Jamak-red) dan tanpa protokoler. Ia dengan mudah ditemui
oleh masyarakat dimanapun dan kapunpun. Hal ini membuat masyarakat
sangat sayang dan kagum pada sikap Fauzan Khalid yang dekat dengan
rakyat biasa. Ia mengatakan bahwa ia berasal dari rakyat sehingga harus
memudahkan rakyat juga. Karenanya dalam setiap kebijakan yang diambil ia
selalu mengutamakan kepentingan masyarakat Lombok Barat. "Tentu kita
harus dekat dengan rakyat karena kita berasal dari rakyat. Dengan
dukungan rakyat dan kolaborasi berbagai pihak semuanya akan berjalan
lancar" ujarnya.
Ia mengatakan bahwa ia tidak nyaman dengan
protokoler yang ketat karenanya ia meminta kepada jajarannya untuk tidak
menerapkan standart protokoler yang ketat tetap yang soft dan ringan
saja. Hal ini agar tidak ada jarak antara dirinya dengan masyarakat.
Dengan harapan semakin dekat dengan rakyat maka ia akan semakin cepat
dan mudah mendengar keinginan rakyat. "Saya minta semua jajaran dan OPD
agar tidak terlalu protokoler sehingga masyarakat bisa bertemu dengan
cepat dan kita bisa dengan mudah mendengarkan keinginan masyarakat
sehingga cepat diberikan solusi dan jalan keluar" ujarnya.
Ia
mengatakan dengan sikap terbuka dan tanpa protokoler ketat ia berhasil
menghidupkan pembangunan yang partisipatif dan kolaboratif. Dengan
partisipasi masyarakat dan kolaborasi berbagai pihak, Lombok Barat
secara cepat berhasil menorehkan prestasi prestasi membanggakan bagi
masyarakat dan daerah. (bersambung)